Perangi Propaganda ISIS, Pemerintah Diminta Waspadai Gerakan "Anonymous" Lokal

Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) diminta untuk tidak diam dan segera menggerakkan masyarakat dalam memerangi propaganda kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Setelah terjadinya teror Paris yang menewaskan 129 orang, gerakan peretas dunia bersatu dalam wadah Anonymous, bergerak memerangi hacker-hacker ISIS yang selama ini gencar melakukan propaganda melalui dunia maya.
Ilustrasi topeng Guy Fawkes yang sering dipakai para peretas anonim
di seluruh dunia. (AFP)
"Ini sangat positif dan menjadi semacam mobilisasi dari masyarakat. Artinya ada arus baru yang langsung tumbuh dari masyarakat untuk melawan ISIS. Ini tentu bisa menjadi kekuatan yang dahsyat karena lahir dari masyarakat dan wajib digalakkan di Indonesia," kata Tokoh Muda Nahdlatul Ulama, Adnan Anwar, Kamis (26/11).
Adnan menilai, untuk memerangi kelompok militan seperti ISIS, tidak melulu harus dengan cara-cara mengerahkan kekuatan militer. Sesuai pengamatan dia, pergerakan masyarakat Indonesia dalam mendukung gerakan Anonymous itu masih sendiri-sendiri dan perlu difasilitasi.
Karena itulah dia menilai Pemerintah, dalam hal ini Kemenkominfo perlu turun tangan. Sebab saat ini kementerian itu kurang merespon banyak keluhan masyarakat terkait dengan propaganda ISIS dan paham kekerasan lainnya di dunia maya.
Padahal, jelas dalam sebuah data yang berhasil diretas Anonymous, Indonesia menjadi salah satu sasaran aksi teror ISIS yang sebenarnya akan dilakukan pada 22 November kemarin. Yaitu bersama tiga negara lainnya yaitu Italia, Perancis, dan Amerika Serikat.
"Makanya gerakan dari masyarakat ini harus didorong karena sudah banyak kelompok yang prihatin dengan teror-teror yang dilakukan ISIS. Mereka cemas dengan provokasi dan propaganda ISIS yang sudah masuk ruang keluarga," jelas Adnan.
"Intinya, harus ada yang membentengi sehingga pemerintah perlu berbicara serius dengan kelompok masyarakat seperti NU untuk membuat aksi pencegahan membendung propaganda ISIS melalui sosial media."
Salah satu contoh, lanjut Adnan, adalah tindakan NU melaporkan situs VOA-Islam yang selama ini nyata-nyata menjadi corong ISIS di Indonesia. Situs itu dinilainya dengan membuat berita dengan sumber tidak benar, fitnah, apalagi menunjuk organisasi dan juga tokoh NU Gus Dur.
"Ini sudah ada yang berani muncul yaitu NU. Kita harapkan pemerintah menangani serius laporan ini. Efek yang ditimbulkan dari keberadaan situs-situs negatif ini sudah sangat buruk," tukas Adnan.
Dalam kaitan itu, Adnan menilai apa yang pernah dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), yang pernah mengusulkan pemblokiran situ-situs negatif tentang propaganda paham kekerasan dan ISIS, adalah salah satu tindakan yang tepat.
"Terbukti, sebagaian besar situs itu memang bermuatan negatif, bahkan ada beberapa diantara mereka masuk dalam daftar situs ISIS yang telah diretas kelompok Anonymous di atas,"

Sumber : beritasatu.com
ViewCloseComment